PERCAKAPAN DI PAGI HARI


PERCAKAPAN DI PAGI HARI
Tik, tik, tik. Mata Ririn terbuka perlahan. Detak jam dinding di kamar tidurnya seperti terdengar nyaring di telinganya. Matanya melirik ke arah jam dinding. Sudah jam 6.05 pagi. Bergegas Ririn bangun dari tempat tidurnya, berjalan cepat menuju kamar mandi. Ketika melewati dapur terdengar desis suara penggorengan dan aroma ikan asin seketika menusuk hidungnya.
“Selamat pagi. Waduuh ..... anak Mama bangun telat lagi ya. Katanya semalam janji mau bangun pagi-pagi. Mau bantuin Mama memasak.” Mama menyapa Ririn sambil tangannya masih memegang sodet yang dipakai menggoreng. Sejenak Mama mengalihkan pandangannya ke penggorengan, bersiap mengangkat ikan asin yang sudah matang digoreng. Setelah itu Mama mengambil tempe dan ......ssssrenggg. Suara penggorengan terdengar nyaring lagi begitu tempe dimasukkan ke dalam minyak yang mendidih. Beberapa saat kemudian Mama meletakkan sodet yang dipakai menggoreng dan berjalan menghampiri Ririn.
“Tidurnya pulas, Ma. Ririn gak dengar suara Mama kalau Mama sudah bangun.”
“Ya sudah. Ayo cepat mandi, gosok gigi. Baju seragamnya sudah Mama siapkan di meja.”
“Baik, Ma. Nanti sarapannya disuapin Mama, ya ?” pinta Ririn sambil setengah merajuk.
“Ririiin..., anak Mama yang cantiiikk. Ririn sudah besar. Sudah sekolah TK. Kemarin ibu guru Tia bilang apa ? Anak yang baik itu harus belajar mandiri. Bangun tidur sendiri, mandi sendiri, pakai baju sendiri. Sudah itu makan juga harus bisa sendiri, nggak perlu disuapin lagi. Begitu kan sayang ? “ Mama menasehati sambil tersenyum.
“Tapi Ririn tangannya capek Ma. “ Ririn masih merajuk sambil tangan kirinya memijit-mijit lengan kanannya yang diluruskan ke depan. Ririn ingin menunjukkan kepada Mamanya kalau lengan kananya capek.
“Alasan apa lagi niiihh. Anak Mama yang satu ini memang pinter. Kemarin bangun pagi nggak cepat cepat bangun. Alasan kakinya pegal, jadi nggak mau jalan. Maunya digendong. Begitu digendong nggak tahunya.... ngompol. Hayoo....” Mama tersenyum sambil telunjuk tangan kanannya menunjuk ke atas, digerakan ke kiri dan ke kanan, melarang Ririn beralasan lagi.
“Ayo cepat mandi. Mama mau selesaikan menggoreng tempe dulu. Ririn bisa kan mandi yang bersih.... sendiri ?”Mama tersenyum sambil bersiap melepaskan baju Ririn.
“Ya, Mama.” Ririn menjawabnya dengan malu-malu.

Baru lima hari ini Ririn duduk di sekolah TK. Jarak sekolahnya dari rumah memang tidak terlalu jauh. Hanya sekitar 200 meter saja. Sehingga cukup berjalan kaki saja Ririn berangkat ke sekolah. Biasanya Ririn berangkat sekolah bersama teman-temanya yang tinggal satu kompleks di perumahan. Namun pagi ini Ririn ingin sekali berangkat bersama ayah, naik sepeda motor.
Mama, nanti Ririn berangkat sekolah ikut ayah, ya. Ririn mau naik sepeda motor.”
“Nanti teman-teman Ririn ke sini kan ?” Mama bertanya sambil kedua tangannya mengusap tubuh Ririn dengan handuk, mengeringkannya setelah selesai mandi.
“Tapi Ma. Ririn sudah bilang kok ke teman-teman. Hari ini Ririn mau ikut ayah berangkat sekolahnya.” Ririn menjelaskan Mama sambil kedua tangannya mengusap pipinya.
“Terus... teman-temanmu nggak keberatan ? Kalau berangkat sekolahnya nggak bareng Ririn ? “ Mama bertanya kepada Ririn sambil mengernyitkan alis, menyelidik ucapan Ririn.
“Nggak apa-apa kok Ma. Ririn sudah bilang teman-teman. Lagi pula cuma.... satu hari saja Ririn ikut ayah naik sepeda motor. “ Ririn menjelaskan Mama dengan gembira sambil jari tangan kanannya mengepal dan telunjuknya membentuk angka satu.
“Boleh kan, Ma ?” tanya Ririn lagi.
“Boleehh...” jawab Mama sambil tersenyum.
Mama tersenyum mendengar semua ucapan dan penjelasan Ririn perihal keinginannya agar pagi ini bisa ikut ayah naik sepeda motor untuk berangkat ke sekolah. Memang Ririn senang sekali kalau naik sepeda motor. Sejak usia tiga tahun, saat Ririn sudah mulai lancar berjalan dan sudah bisa berbicara, ayah selalu menyempatkan diri mengajak Ririn berkeliling kompleks perumahan naik sepeda motor di sore hari setelah pulang dari kerja.
Selesai berbaju seragam dengan rapi, Ririn menyiapkan tas, topi dan sepatunya. Diletakkannya sepatu di teras depan rumah. Setelah itu dipakainya tas punggung yang dibawa untuk sekolah. Buku tulis, pensil, pensil warna dan buku pelajaran mewarnai sudah disiapkan dan dimasukkan ke dalam tas oleh Mama selesai Ririn belajar di malam hari sebelumnya. Setelah itu Ririn duduk di kursi.
“Waahhh...anak Mama sudah cantik, sudah rapi. Sarapan dulu ya sayang. Mama buatkan sayur bayam, tempe dan tahu goreng. Susunya nanti dihabiskan, ya.”
Mama keluar dari dapur dan menghampiri Ririn yang sedang duduk di kursi, sambil membawa sepiring nasi dan segelas susu. Semangkok air untuk mencuci tangan juga sudah disediakan Mama. Demikian juga kertas tissu untuk membersihkan sisa makanan.
“Ririn nggak mau minum susu Ma...”Ririn menjawab sambil merajuk.
Setelah meletakkan nasi dan susu di meja, Mama duduk di samping Ririn.
“Sayaaang, ingat nggak pesan ibu guru Tia ?” Mama bertanya.
Ririn diam mendengarkan sambil matanya melihat ke arah segelas susu yang diletakkan Mama di atas meja.
“Anak yang baik harus sarapan pagi sebelum berangkat ke sekolah. Makanan dan minuman yang disediakan ketika sarapan pagi juga harus dihabiskan. Karena baik untuk kesehatan kita sebelum mulai belajar ” kata Mama.
“Memangnya kalau nggak makan dan minum susu sebelum berangkat ke sekolah kenapa, Ma ? Ririn bertanya penuh rasa ingin tahu.
Begini. Pada waktu kita tidur malam, makanan yang kita makan akan diolah semuanya menjadi zat-zat yang diperlukan oleh tubuh. Kemarin malam Ririn makan tidak ?” tanya Mama.
“Makan Ma. Makan nasi sama telur dadar, sama krupuk, sama sayur wortel . Setelah itu belajar. Setelah belajar terus bobo. “ Ririn menjawab pertanyaan Mama.
“Nah, pada waktu kita tidur malam, makanan yang ada di dalam perut akan diolah menjadi zat yang berguna bagi tubuh. Seperti darah, oksigen, sel dan lain-lain, yang berguna untuk pertumbuhan anggota tubuh kita, sehingga tubuh kita menjadi berkembang. Contohnya, Ririn jadi tambah tinggi, tambah besar, tambah pinter dan tambah cantik. Ketika kita bangun pagi, makanan yang di dalam perut kan sudah diolah, jadi perutnya kosong lagi. Jadinya, pada waktu bangun pagi perut jadi lapar lagi.”
“Ooohhh, jadi kalau lapar lagi harus makan lagi ya, Ma ? Biar cantiknya nggak hilang ya, Ma ?” Ririn bertanya penuh rasa ingin tahu.
“Betul, sayang. Lagi pula, kalau mau berangkat sekolah perutnya lapar, memang Ririn bisa belajar ?” tanya Mama.
“Nggak Mama. Si Nina waktu hari Rabu kemarin menangis Mama di sekolah. Perutnya sakit belum sarapan. Terus sama ibu guru Tia dikasih roti. Tapi Ririn juga minta roti sama ibu guru Tia . Rotinya enak deh...“ Ririn menjawab untuk kemudian tersenyum malu.
Mama tersenyum medengar jawaban Ririn.
“Makanya, tiap pagi sebelum berangkat sekolah, Ririn harus sarapan dan minum susu. Biar bangun tidur badan jadi sehat dan segar. Kalau belajar di sekolah pun jadi bisa cepat mengerti, jadi pinter belajar berhitung dan membaca.” Mama menjelaskan dengan panjang lebar.
“Ya deh. Ririn mau sarapan dan minum susu biar pinter” Ririn menjawab nasehat Mama dengan senyum penuh semangat.
“Oke deh cantiiik, sekarang sarapan dulu ya. Setelah itu minum susu. Mama mau siapkan sarapan pagi untuk ayah kata Mama.
“Ya, Ma.”
Ririn mencuci tangannya terlebih dahulu dengan air yang sudah disediakan Mama di dalam mangkok plastik. Ririn mulai menyantap sarapan paginya dengan penuh semangat. Sesendok demi sesendok nasi memenuhi mulutnya.
Setelah beberapa menit, Ririn selesai sarapan. Setelah itu dihabiskannya segelas susu yang sudah dibuatkan Mama. Diambilnya tissu yang ada di meja , tangan dan mulutnya dibersihkan.
“Mama, Ririn sudah selesai sarapan. Ayah sudah selesai belum, Mama ?” Ririn berjalan cepat ke arah dapur.
“Piring dan gelasnya di bawa ke dapur sini, mau dicuci Mama “pinta Mama.
“Ayah sudah selesai sarapan, ya ?’ tanya Ririn.
“Sudah sayang. Yuk kita siap-siap untuk berangkat “ kata ayah.
Setelah selesai membawa piring dan gelas ke tempat cucian, Ririn bersiap untuk berangkat sekolah. Dipakainya sepatu dan kaos kai dengan baik. Sementara ayah sudah siap menyalakan sepeda motornya.
“Mama, Ririn berangkat sekolah dulu “Ririn menghampiri Mama, dan mencium tangan Mama berpamitan.
“Hati-hati ya, belajar yang pintar ” kata Mama.
“Assalamu’alaikum “ kata Ririn.
“Wa’alaikum salam “ jawab Mama.
“Ayah berangkat dulu Ma. Assalamu’alaikum ” kata ayah.
“Wa’alaikum salam “ jawab Mama.
Ririn bergegas naik ke sepeda motor ayah. Melambaikan tangan ke arah Mama.
“Daah....Mama. Kalau adik Rio sudah bangun bilang Ririn sudah berangkat sekolah naik motor sama ayah ya Ma ? “ kata Ririn.
“Yaaaa....” Mama membalasnya dengan lambaian tangan pula.
Ayah kemudian naik ke sepeda motor. Ririn duduk di depan ayah. Tak lama kemudian, keduanya sudah meluncur meninggalkan rumah. Sementara Mama kembali masuk ke dalam rumah, melanjutkan aktifitas kesehariannya bersama Rio, anak keduanya yang baru berumur satu setengah tahun, yang masih terlelap tidur.
Bogor, 11 November 2009

Comments

  1. nice story .... boleh nih cerpen, menginspirasi ....

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Apa itu Blog ?

Si Uban dan Nasihatnya

Bertaqarrub kepada Allah